Bukan hanya menambah pundipundi dan keterampilan, kemandirian dan sikap pantang menyerah jadi
bonus yang didapat setelah bekerja di luar negeri.
Hantaman krisis yang terjadi di Tanah Air pada akhir tahun 1990an menerjang hampir seluruh lini
kehidupan perekonomian. Masyarakat kebanyakan semakin sulit mencari kerja.
Persaingan yang kian ketat hanya menyisakan sedikit harapan bagi para lulusan sekolah menengah
atas atau bagi mereka penyandang gelar strata 1 (S1).
Bila tak memiliki keterampilan tambahan, akan sangat sulit bagi mereka untuk mendapat pekerjaan
yang layak.
Kesusahan ekonomi bukan hanya persoalan para lulusan baru (fresh graduate). Para pekerja yang
sudah malang melintang di perusahaanperusahaan juga mengalami kejenuhan.
Stagnasi karier dan penghasilan dirasakan oleh sebagian besar pekerja yang nyatanya sudah berkarier
di perusahaan yang sama selama sekurangnya lima tahun.
Hal itulah yang dialami Ivonne Oktora. Awalnya, perempuan 38 tahun ini merasakan pertumbuhan
karier yang cukup cemerlang di perusahaan tempatnya bekerja.
Namun, setelah enam tahun berkarya, kariernya seakan mandek, berjalan di tempat.
Demikian pula dengan apresiasi bulanannya alias penghasilan yang tak kunjung bertambah secara
signifikan.
Mungkin saja Ivonne harus bersyukur karena pada dasarnya saat itu perusahaan tempatnya bekerja
“baikbaik” saja.
Tidak ada indikasi akan bangkrut seperti perusahaan tempat temantemannya bekerja, yang akhirnya
merumahkan beberapa temannya.
Namun, hal ini tak membuatnya terlena. Ivonne merasa harus melakukan sesuatu sebelum kondisi
terburuk menimpa dirinya. Dia merasa harus mencari peluang di tempat lain.
Maka, di penghujung tahun 1990an, Ivonne memutuskan untuk hijrah ke luar negeri.
Pertimbangan akan pundipundi dolar, mendapat pengalaman kerja baru lengkap dengan suasana dan
lingkungan yang baru menjadi nilai tambah yang menarik minatnya untuk pindah dan berkarier
sebagai pengajar di sebuah sekolah di South Lake Tahoe, Amerika Serikat.
Ketika itu, Ivonne tidak sendirian. Banyak pekerja Indonesia yang tidak tahan menganggur di Tanah Air
dan memilih mengejar karier hingga ke luar negeri. Demikian juga mereka yang merasakan kariernya
mandek.
Menurut konsultan karier dari Experd, Nuke Siska Puspita, sebenarnya banyak alasan yang mendasari
hijrahnya pekerja Indonesia ke luar negeri.
“Banyak sekali alasan mengapa seseorang memutuskan berkarier di luar negeri. Mulai dari karier yang
dinilai menjanjikan, penghasilan yang lebih baik, hingga mengikuti pasangan yang juga bekerja atau
bersekolah di luar negeri.
Bahkan bagi banyak orang, berkarier di luar negeri juga dinilai sebagai batu loncatan untuk berkarier
selanjutnya di dalam negeri,” kata Nuke.
Alasan ini, menurut Nuke, tidak salah. Pasalnya, pekerja di luar negeri biasanya merasa lebih dihargai
sehingga untuk posisi yang sama, penghasilan yang didapat bisa jauh lebih tinggi.
“Faktor benefit ini memang tidak bisa dimungkiri karena memang lebih menggiurkan dibanding di
Tanah Air,” tambah Nuke.
Kendati demikian, menurutnya, penghasilan ini bukan satusatunya faktor yang menyebabkan pekerja
Indonesia memilih bekerja di negeri orang.
Selain soal penghasilan, kesempatan untuk berkembang dirasa lebih luas. Perkembangan karier di luar
negeri dinilai lebih menjanjikan dibanding dengan berkarier di perusahaan di Indonesia.
“Di luar negeri mereka lebih fair dalam menilai hasil kerja. Mereka menilai berdasarkan hasil kerja,
bukan unsur like and dislike (suka atau tidak suka) yang masih banyak terjadi di Indonesia, terutama
pada perusahaanperusahaan keluarga.
Jika memang kinerja Anda baik, maka jenjang karier Anda di luar negeri bisa lebih terbuka,” ujar Nuke.
Nilai Tambah
Bekerja di negaranegara maju, yang perkembangan teknologi dan pengetahuannya terus berkembang
pesat, diakui Nuke, merupakan keuntungan tersendiri bagi para pekerja.
Mereka yang berniat untuk menambah pengetahuan dan kemampuannya, memang lebih tepat mencari peruntungan di luar negeri.
Dan bagi pekerja Indonesia, hal ini akan menjadi nilai tambah atau nilai jual ketika mereka kembali ke
Tanah Air.
Keuntungan lain berkarier di negeri orang adalah terasahnya kemampuan berbahasa internasional.
Ditambah lagi kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dari berbagai latar belakang, membuat
seseorang untuk lebih survive di perantauan.
Ujungujungnya, mereka yang pernah berkarier di luar negeri biasanya lebih mandiri dan mampu
mengupas persoalan dengan lebih baik. Belum lagi iklim kerja yang sangat kompetitif dipercaya
mampu melatih seseorang untuk pantang menyerah.
“Makanya banyak juga yang menjadikan bekerja di luar negeri sebagai batu loncatan untuk berkarier di
dalam negeri karena nilai jual yang memunyai pengalaman kerja di luar negeri ini akan lebih tinggi,”
kata Nuke.
Alasan sebagai batu loncatan ini dinilai tidak mengadaada. Iklim kerja di luar negeri yang lebih
modern dinilai mampu membentuk pekerjapekerja yang tangguh dan profesional.
Bukan hanya bagi pekerja yang sudah berpengalaman, fresh graduate pun bisa belajar banyak dari
gaya hidup bekerja di luar negeri. “Iklim kerja di luar negeri sangat kompetitif dan lebih fair dalam
menilai sesuatu. Ini merupakan sebuah mental kerja yang baik,” tambah Nuke.
Meski demikian, menurut Nuke, tetap ada sejumlah hal negatif yang harus diperhatikan ketika
memutuskan untuk bekerja di luar negeri. Sentimen dari pekerja lokal terkadang masih bisa dijumpai,
termasuk perbedaan perlakuan.
“Ada kalanya kita masih dipandang sebelah mata oleh rekanrekan kerja kita sendiri, apakah dari
negaranegara lain maupun pekerja yang merupakan warga negara lokal itu sendiri,” katanya.
Masih menurut Nuke, banyak sekali pekerjaan yang ditawarkan oleh negaranegara asing yang bisa di
apply oleh pekerja dari Indonesia sesuai dengan jenjang pendidikan yang dimiliki.
Untuk level setingkat SMU, tersedia pekerjaan mulai dari pembantu rumah tangga (PRT), pramuniaga,
di bidang konstruksi bangunan, hingga anak buah kapal (ABK).
Untuk tingkat akademi, tersedia bidang permesinan, yaitu montir dan asisten engineer atau bidang
bidang perhotelan, teknologi, dan medis, seperti perawat juga kerap dicari oleh perusahaan
perusahaan asing.
Untuk level sarjana, menurut Nuke, sebenarnya tersedia kesempatan yang hampir sama dengan di
Indonesia. Namun untuk memenangi persaingan yang ketat, benarbenar dibutuhkan sebuah keahlian
serta jaringan yang luas.
www.koranjakarta.com
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah yang baik dan bermanfaat bagi semua orang, jika kamu mau menempatkan link url pastikan berikan informasi yang bermanfaat pula