MAGELANG, KOMPAS.com - Dashyatnya letusan Gunung Merapi yang menyemburkan awan panas hingga belasan kilometer tidak membuat warga Desa Wonolelo, Sawangan, Magelang, untuk mengungsi. Padahal, jarak desa itu dengan puncak Merapi hanya antara 5 kilometer sampai 10 kilometer.
Seperti di Dusun Wonolelo, sebagian besar warga masih bertahan di rumah masing-masing sejak letusan pertama kali pada 26 Oktober 2010 . "Yang ngungsi ndak ada 5 persen," kata Martono (44), Ketua Karang Taruna Dusun Wonolelo ketika ditemui Kompas.com, Rabu ( 10/11/2010 ).
Martono mengatakan, sekitar 500 warga dari 150 keluarga tetap bertahan. Alasan mereka tak mau mengungsi lantaran warga menganggap lokasi dusunnya yang terletak di kaki Gunung Merbabu dan jauh dari aliran sungai tidak akan diterjang oleh awan panas.
"Kita berlindung dibawah kaki Merbabu, banyak bukit-bukit, dan jauh dari aliran sungai. Dipikir secara logika, lahar atau awan panas sulit sampai sini. Kecuali kehendak-Nya lain," ucap dia.
Hal sama terlihat di Dusun Sanden. Meski berjarak sekitar lima kilometer dari puncak Merapi, seluruh warga di dusun itu tidak ada yang mengungsi. "800 warga dari 170 kepala keluarga semua masih komplet," kata Padi (29), kepala dusun.
Sama seperti Dusun Wonolelo, warga di Dusun Sanden menyakini bahwa awan panas atau lava pijar tidak akan melewati dusunnya. Malah, kata Padi, wilayahnya dijadikan pengungsian warga yang berada di kawasan rawan bencana I hingga III. "Warga di dusun yang lebih dekat dari Merapi malah nginap di rumah saudara-saudaranya di sini. Aman di sini, paling cuma hujan abu aja," ucapnya.
Dari pantauan, warga tetap beraktivitas meskipun tahu Merapi menyemburkan awan panas. Awan itu membumbung tinggi dan bergerak di atas dusun mereka.
Powered by www.akubisanaikkelas.com
jasa foto | jasa foto | jasa foto | jasa foto | jasa foto | jasa foto | jasa foto | jas foto |
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah yang baik dan bermanfaat bagi semua orang, jika kamu mau menempatkan link url pastikan berikan informasi yang bermanfaat pula