July 7, 2010

Membawa Lele Naik Kelas

Anda penggemar lele, mungkin mulai bosan dengan hidangan lelel yang hanya dibakar atau digoreng
serta disantap dengan sambal dan lalapan. Kalau ingin mencari sensasi yang lain dari olahan ikan lele
maka Anda bisa datang ke warung Lele Park.

DI warung makan ini, lele diolah bak ikan yang mahal. Ada lele goreng tepung dan lele goreng fillet.
Kedua jenis masakan ini bisa dimasak dengan saus padang, rica­rica, saus tiram, atau lada hitam.
Lele goreng tepung berupa lele utuh yang dibalur dengan tepung bumbu dan digoreng hingga kering
dan crispy, lalu disiram dengan saus yang dipilih. Sedangkan lele goreng fillet hanya diambil daging
ikannya saja, lalu dibalur dengan tepung, dan terakhir disiram dengan saus. Ada lagi menu lain, yakni
nasi goreng dan mi goreng lele.

Menurut si empunya Park Lele, Tina Astari, dirinya  ingin menaikkan derajat ikan lele menjadi
makanan yang tidak hanya disantap kelas menengah bawah tetapi juga sampai kelas atas. "Selama ini
lele identik dengan kelas menengah bawah. Supaya bisa naik kelas, kita harus bisa mengolahnya
menjadi lebih menarik dan enak," ujar pemain sinetron itu.

Menurut Tina, selama ini kebanyakan orang enggan makan lele karena melihat penampilannya. Ada
yang merasa jijik atau membayangkan yang aneh­aneh. Padahal ikan air tawar ini memiliki gizi yang
tidak kalah dengan jenis ikan tawar atau ikan laut lainnya.
Perlu diketahui, lele juga mengandung omega 3, meskipun kadarnya jauh lebih rendah dibandingkan
ikan laut. 

Kandungan omega 3 pada ikan lele hasil budi daya (sengaja dipelihara) jauh lebih rendah
daripada ikan lele liar. Omega 3 sangat diperlukan tubuh untuk pencegahan penyakit degeneratif
seperti penyakit jantung dan penyumbatan pembuluh darah. Omega­3 juga berperan sangat penting
untuk proses tumbuh kembang sel­sel saraf termasuk sel otak.

"Saya ini penyuka lele, makanya lebih suka untuk mengolah makanan ini. Selain harganya murah,
bahannya mudah didapatkan," ujar Tina. Ada juga rencana untuk membuat inovasi baru dari lele,
seperti steak lele dan lain­lain. Diusahakan membuat masakan lele tapi bentuknya tidak persis dengan
wujud aslinya.

Jurrasic Park Untuk minuman di Lele Park terdapat Es Teler Panglima. Pada dasarnya sama dengan es teler biasa, yang membedakan pada isinya yang terdiri dari buah lengkeng, alpukat, kelapa muda, nangka, mangga kuweni dan susu. Rasanya segar.

Harga makanan berkisar Rp 12.000­Rp 15.000 per porsi. Sedangkan minuman Rp 7.000­Rp 9.000.
Selain lele, ada juga ayam bakar Mas Mono.
Warung makan yang terletak di Jalan Kalimalang Raya, Jakarta Timur, ini cukup sederhana. Seperti
warung tenda dengan logo ikan lele yang hanya kelihatan tulangnya. Lebih mudah membayangkan
logo film Jurrasic Park, karena targetnya memang menyasar keluarga.

"Memang idenya saya ambil dari film Jurrasic Park, supaya mudah diingat dan kesannya tidak seram,
apalagi buat anak­anak," ungkap Tina yang juga anggota Jakarta Entrepreneur Club (Jacec).
Meski baru sebulan buka, imbuh Tina, respons pasar cukup bagus. Apalagi saat pertama kali buka pas
dengan momen bulan puasa. Dalam sehari bisa menghabiskan kurang lebih 100 ekor atau 25 kilogram
lele

www.wartakota.co.id
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Berkomentarlah yang baik dan bermanfaat bagi semua orang, jika kamu mau menempatkan link url pastikan berikan informasi yang bermanfaat pula