July 6, 2010

Ekonomi RI Naik Kelas Masuk BRIC?

Tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini cukup diperhitungkan masyarakat dunia. RI
bahkan disebut­sebut berpotensi berakselerasi dalam kelompok negara BRIC, Brasil, Rusia, India,
dan Tiongkok. Bagaimana potensinya?

Di tengah kondisi krisis global, semua negara mengalami pertumbuhan ekonomi yang cenderung
negatif, kecuali beberapa negara seperti Indonesia, China, dan India. Tahun ini, Indonesia menargetkan
pertumbuhan ekonomi mencapai 4%, atau tercepat di antara negara­negara Asia Tenggara lainnya.
Morgan Stanley dalam laporannya tentang keempat negara anggota BRIC menjelang pertemuan
puncak BRIC di Kota Yekaterinburg, Rusia pekan ini memprediksi angka pertumbuhan RI sebesar 3,7%.

Para pemimpin BRIC dalam pertemuan 16 Juni akan menekankan posisi mereka dalam percaturan
global menyusul penguasaan 15% atas ekonomi dunia dan 42% cadangan devisa.
Menurut lembaga riset tersebut, format BRIC yang yang mencakup 4 negara dengan ekonomi besar
tersebut, sebaiknya diperluas melibatkan Indonesia. Hal ini mengingat pertumbuhan Indonesia kwartal
pertama 2009 termasuk yang tertinggi di Asia Tenggara.

Bandingkan dengan penurunan sebesar 6% di Malaysia, Singapura dan Thailand. “Laju pertumbuhan
ekonomi Indonesia akan mencapai 7% di 2011 cocok dengan kriteria fromat BRIC,” kata Chetan Ahya,
ekonom Morgan Stanley yang berbasis di Singapura.

Menurutnya, negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini akan tumbuh 60% dalam 5 tahun
menjadi US$ 800 miliar menyusul kestabilan pemerintahan, rendahnya biaya modal, dan rencana
mengucurkan dana US$ 34 miliar untuk membangun jalan, pelabuhan, dan pembangkit listrik sampai
2017.
"Investor ingin melihat kelompok aset di negara ini dengan lebih serius. Kestabilan politik, membaiknya
keuangan pemerintah, dan keunggulan alami dari demografi dan sumber komoditas mampu
mendorong pertumbuhan Indonesia," imbuh Chetan Ahya.

Terkait kemunkinnan Indonesia tergabung dalam BRIC, Rahmat Gobel, wakil Ketua Umum Kadin
Indonesia Bidang Industri, Teknologi dan Kelautan mengatakan, pertumbuhan ekonomi domestik
sekitar 4% bisa menjadi modal bagus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.
"Setelah 4 tahun Indonesia sudah didera macam­macam, dari tsunami, gempa bumi, dan berbagai
peristiwa negatif, pertumbuhan kita masih bagus. Sekarang bagaimana kita memanfaatkannya, Ini
adalah kesempatan kita," tandasnya.

Wacana memasukkan Indonesia dalam BRIC pertama kali diungkapkan Goldman Sachs pada 2008
silam. Seperti diketahui, istilah BRIC diperkenalkan ekonom Goldman Sachs Group Inc, Jim O'Neill
untuk menggabungkan negara yang segera bergabung dengan AS dan Jepang sebagai perekonomian
terbesar pada 2050.

Goldman membuat daftar sejumlah negara seperti Bangladesh, Mesir, Indonesia, Iran, Meksiko,
Nigeria, Pakistan, Filipina, Korea Selatan, Turki, dan Vietnam dalam rangka mencari BRIC baru.
Kriteria yang digunakan adalah negara dengan stabilitas ekonomi makro, kematangan politik,
keterbukaan perdagangan dan kebijakan investasi, serta kualitas pendidikan. Menurut O'Neill,
memasukkan Indonesia ke dalam BRIC merupakan suatu hal yang masuk akal.

Artinya, ini sebuah pesan bagi Indonesia yang indikator negara BRIC­nya terus meningkat, terutama
selama 10 tahun belakangan. "Sebenarnya, Meksiko yang paling mendekati ketimbang Indonesia.
Meski di belakang Meksiko, status Indonesia sudah menyamai," ungkapnya.

www.inilah.com
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Berkomentarlah yang baik dan bermanfaat bagi semua orang, jika kamu mau menempatkan link url pastikan berikan informasi yang bermanfaat pula