July 8, 2010

Anak Tidak Naik Kelas Akibat Miras, Ortu Geruduk Sekolah

Tuban ­ Gara­gara anaknya tidak naik kelas, puluhan orangtua siswa mendatangi SMPN I Plumpang, Kabupaten Tuban, Senin (7/7/2008) siang. Mereka meminta anaknya dinaikkan agar tidak menanggung malu di hadapan masyarakat.

Terpantau ada sekitar 30 orangtua ikut mendatangi sekolah. Mereka meminta bertemu Kepala SMPN I Plumpang M Ghufron, untuk menuntut keadilan atas nasib yang menimpa anaknya. Pada akhir tahun ajaran 2008 ini, sebanyak 20 siswa kelas VIII tinggal kelas. Dari jumlah itu sebanyak
12 anak tidak naik ke kelas IX karena terlibat mabuk­mabukan minuman keras (Miras) jenis tuak dilingkungan sekolah setempat.

Pesta miras khas Tuban itu terjadi sebelum kenaikan kelas. Bahkan pesta di belakang sekolah yang diikuti belasan anak siswa berseragam sekolah itu, diketahui penjaga sekolah. Hingga diproses dewan
guru sekolah unggulan tersebut. Pihak orangtua menilai, keputusan dewan guru membikin 20 anak tinggal kelas tidak adil. Sebab, diantara siswa ada yang sekadar ikut­ikutan dan dipaksa temannya mengikuti pesta tuak. Namun, oleh dewan guru tetap saja dibikin tinggal kelas.

"Kami datang ke sekolah ini untuk memohon kebijaksanaan, agar anak­anak kami yang tidak terlibat minum tuak dinaikkan. Atau diberikan kebijaksanaan agar anak­anak bisa meneruskan sekolah tanpa harus menanggung beban malu dengan kawan­kawannya," kata Jinawan, juru bicara orangtuadihadapan M Gufron dan Wakil Kepala SMPN 1 Plumpang, Muhammad Sugiharto yang menemui mereka.

Dia katakan, anaknya yang bernama Agung Cahyono dan seorang kawannya Sutanto hanya dipaksa membelikan tuak kawannya. Setelah itu, mereka tidak ikut pesta tuak. Namun dinyatakan tinggal kelas
oleh dewan guru. "Sekarang anak saya stress tidak berani sekolah karena malu. Apalagi saat terjadi pesta tuak anak saya ada di mushola sekolah," ungkap Sutarji, orangtua dari siswa Sutanto.

Menanggapi hal itu, Kepala SMPN 1 Plumpang M Gufron menyatakan, keputusan yang sudah diambil dewan guru tidak mungkin dicabut. Dewan guru sudah mempertimbangkan banyak hal, terutama masalah etika yang jauh sebelumnya sudah disepakati antara pihak sekolah dengan Komite Sekolah. Diantara parameter etika yang dipakai adalah, tidak terlibat narkoba, miras, judi dan perbuatan asusila. "Untuk masalah ini dewan guru tidak akan memberi toleransi," tegas Ghufron.

Dia katakan pula, jika keputusan yang diambil dewan guru ternyata salah, pihaknya siap menanggung risikonya. Termasuk dicopot dari jabatannya sebagai Kepala SMPN 1 Plumpang. "Keputusan dewan guru ini sudah final. Kami minta para orangtua menyadari masalah ini," pungkas Muhammad Sugiharto.

www.surabaya.detik.com
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Berkomentarlah yang baik dan bermanfaat bagi semua orang, jika kamu mau menempatkan link url pastikan berikan informasi yang bermanfaat pula