Apa arti komunikasi bagi seorang guru dan orangtua? Mungkin sama, sebagai alat bantu untuk berhubungan dengan seorang siswa dan anak, baik secara oral, verbal, maupun bahasa tubuh.
Kesamaan memaknai sesuatu melalui sebuah proses penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh guru dan orangtua terhadap anak dan siswa adalah peristiwa penting, terutama dalam rangka mengubah paradigma orangtua tentang makna belajar. Pertanyaannya adalah, seberapa banyak
orangtua berkomunikasi dengan anaknya? Lebih banyak mana komunikasi seorang guru dan orangtua dengan anakanak mereka? Dan seberapa sering orangtua berkomunikasi dengan guru di sekolah?
Sangat mudah menjawab pertanyaan pertama, yaitu hanya para orangtgua sendiri yang paling tahu seberapa banyak dan bagaimana cara mereka berkomunikasi dengan anaknya. Seluruh komponen komunikasi versi Harold D. Lasswell pasti sudah dilakukan orangtua dalam berkomunikasi, terutama
efek yang mereka inginkan dari proses interkasi tersebut. Namun yang harus diingat orangtua adalah bahwa dalam melakukan komunikasi dengan anak, syogyanya mereka tidak memiliki sikap menyalahkan dan menuduh, membuat anak merasa bersalah, menghindari konflik (placating), berdiam diri, dan mengembangkan simptom.
Jika ini yang terjadi, maka dapat dibayangkan betapa runyamnya hubungan para orangtua dengan anakanak mereka sendiri dan pasti akan berpengaruh
pada kondisi belajar mereka di sekolah. Syukur jika anakanak dibimbing, dibina dan diajarkan dengan gaya komunikasi yang lebih baik oleh gurunya di sekolah. Jika tidak, pastilah soal kuantitas dan kualitas komunikasi orangtua dengan anak akan kalah bersaing dengan guruguru mereka di sekolah.
Dampaknya pasti akan sangat hebat bagi perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik anakanak.
Mereka bisa mengalami penurunan daya jelajah intelektual, hatinya menjadi kaku dan kering, sertasecara behavioral tindakan dan perilaku mereka cenderung akan mudah menyimpang dan terjerumus ke dalam halhal yang negatif. Menimbulkan tindakan nyata adalah indikator efektivitas komunikasi yang paling penting. Karena untuk menimbulkan tindakan, para orangtua dan guru harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik.
Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi. Ini bukan saja memerlukan pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses komunikaksi, tetapi juga faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku anakanak kita. Agar komunikasi kita menjadi efektif, maka jawaban pertanyaan ketiga di atas menjadi sangat penting buat para orangtua, yaitu seberapa sering mereka berkunjung ke sekolah?
Jika dilakukan survey secara nasional, Edu yakin bahwa jumlah ratarata kunjungan orangtua ke sekolah pasti hanya 2 kali dalam setahun, yaitu pada saat pembagian raport kenaikan kelas dan mendaftarkan anak mereka mencari sekolah baru.
Komunikasipun mungkin hanya dilakukan seadanya, karena kebutuhan orangtua saat berkunjung ke sekolah biasanya sangat sederhana, yaitu sebagai objek dari informasi numerik anaknya ketika menerima raport dan mencari sekolah. Jarang sekali ada perbincangan intensif dari waktu ke waktu antara orangtua dan guru.
Sidonie Gruenberg mengingatkan bahwa “Home and schools are the place where boys and girls first learn how to limit their wishes, abide by rules, and consider the rights and needs of others.” Karena itu sudah saatnya orangtua menjalin hubungan yang secara kualitas dan kuantitas sama baiknya dengan
sekolah anakanak mereka. Sebab jika tidak, maka anak akan mengambil jalur komunikasi dengan pihak ketiga selain guru dan orangtua mereka, seperti televisi dan jenis hiburan lainnya. Mau tahu salah satu akibatnya?
Seorang teman Edu bercerita pengalamannya memeriksa isi SMS anaknya. Tertulis pesan singkat di handphone anaknya kalimat, ”Anto, menurut Ki Joko Bodo, temanteman di sekolah kita akan ada yang tak lulus UN dan tak naik kelasnaik kelas ya.” sebanyak 10%17%. Semoga kita
Pesan dari pengirim lainnya tertulis kurang lebih sama, ”Anto, menurut Mama Lauren, akan ada temanteman kita yang tak lulus UN dan naik kelas sebanyak 27 orang. Kita naik kelas gak ya..., tapi kalo menurut Mama Lauren sih aku pasti naik.” Bagaimana kirakira perasaan kita sebagai guru dan orangtua mendapatkan fakta yang sangat
memiriskan hati ini?
www.kickandy.com
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah yang baik dan bermanfaat bagi semua orang, jika kamu mau menempatkan link url pastikan berikan informasi yang bermanfaat pula