Seharusnya di usianya yang ke 31 tahun, Anton menjadi seorang pemuda yang enerjik, penuh
semangat, gairah dan produktivitas tinggi. Namun Allah SWT berkehendak lain. Ya...! Pemuda itu saat ini terkulai, lemah tak berdaya. Sepanjang hari hidupnya hanya dihabiskan di atas kasur. Jangankan untuk beraktivitas ataupun bekerja, mengurus keperluan diri sendiri pun dia tak mampu. Hidupnya tergantung pada belas kasih dan bantuan orang lain. Ibunya yang tak kenal lelah, sepanjang siang dan malam selama lebih dari 3 tahun telah merawatnya dengan penuh kasih sayang.
Tak terhitung lagi berapa biaya yang telah dike luarkan untuk berobat. Bayangkan saja, untuk sekali berobat bisa mencapai puluhan juta rupiah. Sedangkan untuk mengobati penyakit yang diderita Anton sejak 3 tahun lalu, entah sudah berapa ratus kali berobat, baik rawat inap maupun berobat jalan. Orang orang bilang, jika tidak untuk biaya berobat anaknya, Pak Hariadi sudah bisa berangkat haji dengan isterinya. Bahkan mobil mewah pun sudah bisa dibeli. Begitulah para tetangganya sering berumpama.
Memang Pak Hariadi, orang tua Anton termasuk wiraswasta yang ulet dan berhasil. Orangnya rajin
beribadah, dermawan dan baik dengan lingkungan sekitarnya. Demikian juga dengan Bu Hariadi,
orangnya ramah, rendah hati dan aktif di kegiatan sosial. Tapi mengapa musibah ini menimpa anak
pertamanya, buah hati yang menjadi citacita dan harapan hidupnya? Tentu tidak ada satu pun orang tua yang ingin anaknya seperti yang dialami oleh Pak dan Bu Hariadi.
Musibah itu berawal ketika Anton cobacoba berkenalan dengan narkoba. Barang haram pencabut
masa depan itu gampanggampang susah ditemui di Jakarta. Susah dicari bagi orangorang yang tidak
mau bersinggungan dengan narkoba atau tidak punya jaringan dengan para pengguna dan
pengedarnya. Gampang dicari bagi mereka yang punya jaringan dengan peredaran barang terlaknat
tersebut. Jika kita telusuri di ganggang sempit di wilayah Jakarta, atau di tanah kosong yang ada di antara himpitan gedunggedung yang menjulang, sering kita jumpai sekelompok anak muda berpesta narkoba secara terangterangan. Mulai dari ganja, sabusabu, inex dan lain sebagainya. Atau di tempat tempat hiburan malam yang menjamur di seantero Jakarta, barang haram tersebut sangat mudah didapat.
Seperti pada kasuskasus narkoba lainnya, mulamula hanya mencicipi kemudian memakai sampai
akhirnya menjadi ketagihan. Dan hal inilah yang merupakan akibat paling berbahaya bagi pengguna
narkoba. Apabila penyakit ketagihan ini sudah datang atau yang lebih dikenal dengan istilah sakaw,
kata orang yang sudah pernah mengalaminya, pikiran tidak bisa konsentrasi, tubuh terasa nyeri dan ngilu yang amat dahsyat, badan terasa disayatsayat, dan tulang belulang terasa remuk redam. Hanya ada satu cara yang dapat menghilangkan rasa sakit itu yakni dengan kembali mengkonsumsi narkoba.
Na’udzubillah......
Setelah sekian lama mengkonsumsi narkoba secara sembunyisembunyi agar tidak ketahuan ke
luarganya, akhirnya datanglah azab/peringatan Allah SWT. Satu persatu organ dalam tubuh Anton
menjadi tidak dapat berfungsi dengan baik. Mulai dari paruparu, jantung dan hati sedikit demi sedikit mengalami disfungsi. Hingga akhirnya penyakit itu menyerang saraf Anton dan membuat dia menjadi lumpuh total, sampai untuk berbicara pun susah.
Entah apa sekarang yang ada di benak Anton. Barangkali jika dia tahu dan percaya akan nasihat –
nasihat yang telah berulang kali dia terima baik dari orang tua, guru maupun para ustadz, niscaya
Anton tak akan mengkonsumsi barang haram itu, bahkan menyentuhnya pun tidak akan.
Tetapi nasi telah menjadi bubur. Saat ini yang lebih penting bagi Pak dan Bu Hariadi adalah berusaha demi kesembuhan anaknya. Ibarat kata usaha apa pun akan dilakukan oleh Pak dan Bu Hariadi demi kesembuhan anaknya.
Namun Pak dan Bu Hariadi sadar bahwa ini semua adalah ujian dari Allah SWT. Mereka menyadari
bahwa setiap hamba yang mengaku beriman pasti akan mendapat ujian dari Allah SWT untuk
mengukur tingkat keimanan tersebut. Siang dan malam tak hentihentinya mereka bermunajat kepada Allah, dzat yang maha berkehendak. Shalat Tahajud selalu menghiasi sepertiga malam terakhir mereka, dan mungkin air mata mereka sudah kering tertumpah mengiringi doadoa tulusnya untuk sang buah hati.
Bukankah Allah SWT telah berfirman di dalam surat AlAnkabut ayat 2 yang artinya “ Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan, ‘Kami telah beriman’ sedangkan mereka tidak diuji lagi?” Ujian yang diberikan kepada manusia itu bermacammacam. Ada yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Ada yang mengenai dirinya, anakanak dan ke luarganya, atau harta bendanya. Ada yangberupa kenikmatan atau kesengsaraan. Ada yang terasa berat dan ada yang ringanringan saja.
Hanya melalui ujian inilah tingkat keimanan seseorang akan bertambah. Semakin banyak dan semakin besar ujian yang kita lewati, semakin besar pula kesempatan untuk naik kelas. Ini berarti Allah SWT mencintai hambaNya dan menginginkan kita mempunyai derajat yang tinggi di sisiNya. Karena pada hakekatnya Allah SWT akan mengampuni dosadosa hambaNya yang sabar dalam menerima ujian. Rasulullah SAW telah bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi yang artinya “Tiada hentihentinya cobaan akan menimpa orang mukmin dan mukminat, baik mengenai dirinya, anaknya, atau hartanya sehingga kelak ia menghadap Allah SWT dengan bersih dari dosa” (HR Tirmidzi).
Bahkan jika Allah SWT rindu dengan hamba yang dicintaiNya, niscaya Dia akan memerintahkan
malaikat untuk memberikan paket berupa ujian dan cobaan. Di dalam sebuah hadits Qudsi, Allah SWT berfirman: “Pergilah kepada hambaKu, lalu timpakan berbagai ujian kepadanya, karena Aku ingin mendengar rintihannya.” (HR Thabrani dan Abu Umamah)
Tentu saja rintihan orang yang beriman bukan berupa keluh kesah, sumpah serapah maupun umpatan lainnya. Rintihan orang beriman yang dicintai dan mencintai Allah SWT adalah berupa doa, dzikir, wirid, taqarrub, dan tawakkal kepada Allah SWT. Rintihan seperti inilah yang dirindukan oleh Allah SWT dan akan menjadikan hambaNya naik kelas keimanannya.
Di suatu malam dalam sepenggal sujudku, aku sempatkan sepotong doa untuk Pak dan Bu Hariadi agar diberikan ketabahan dan kesabaran dalam menjalani ujian ini. Semoga mereka naik kelas..... Amin.
www.eramuslim.com
0 komentar:
Post a Comment
Berkomentarlah yang baik dan bermanfaat bagi semua orang, jika kamu mau menempatkan link url pastikan berikan informasi yang bermanfaat pula